Kamis, 09 Juli 2015

Rumah Adat Lembah Baliem




Rumah suku-suku pegunungan tengah papua seperti suku Dani di Lembah Baliem atau wamena. Suku Lani, Yali di pegunungan dan suku-suku lainnya. Honai berbentuk bulat dengan diameter 4-6 meter, tinggi 6-7 meter, biasanya terbuat dari papan kayu yang dibuat dengan atap dan bawah runcin.
Bentuk dan ukuran dari setiap rumah Honai itu terlihat sama. Dari permukaan tanah, tinggi rumah Honai mencapai lebih kurang 2 setengah meter.  Bentuk rumah yang dibuat melingkar dan hanya memiliki satu pintu menjadi ciri khas tersendiri dari Honai.  Bangunan rumah ini terbuat dari kayu dan atapnya terbuat dari alang-alang yang dirangkai sedemikian rupa hingga tampak bertingkat.
Bentuk Honai yang bulat ini, dirancang untuk menghindari cuaca dingin karena tiupan angin yang kencang. Pada bagian tengah Honai dibuat perapian untuk menghangatkan tubuh di malam hari, sekaligus sebagai tempat untuk memasak/membakar ubi jalar, dalam bahasa Dani disebut "Hipere".
Di dalam rumah Honai ataupun Ebei, tidak terlihat satupun perabotan rumah tangga.  Honai memang menjadi tempat tinggal bagi masyarakat di perkampungan Wamena. Namun untuk tempat tidur, mereka hanya menggunakan rerumputan kering sebagai alas. Alas itu akan diganti dengan rerumputan baru yang diambil dari ladang ataupun kebun, jika telah terlihat kotor.  Di dalam Honai juga tidak ada kursi ataupun meja, mereka menjadikan lantai rumah yang terbuah dari  tanah sebagai alas duduk. Di dalam rumah Honai juga tidak ada lampu listrik. Untuk penerangan, mereka membuat perapian dengan cara menggali tanah di dasar lantai rumah untuk dijadikan tungku.  Karena Honai tidak memiliki jendela dan penerangan hanya berasal dari api tungku, suasana di dalam rumah itu akan terasa semakin gelap ketika malam tiba.
      
Jika dibandingkan dengan bentuk rumah adat di daerah lainnya, rumah Hanoi terlihat sangat sederhana. Namun
kesederhanaan itulah yang menjadikan Hanoi terkesan unik.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar